Cara “Memanggil” Korban Tenggelam

Cerita pendahuluannya dulu yah……

Seperti yang kita ketahui di setiap Universitas, setiap tahun ajaran baru dimulai pasti ada yang namanya OSPEK. Begitu juga dengan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) di Banda Aceh. Tetapi tahun-tahun belakangan kegiatan OSPEK ini dilarang. Walau demikian, yang namanya anak Teknik tetap saja ngadain OSPEK, mau legal ataupun tidak. Tapi tahun ini setahu saya legal kok. Berhubung tahun ajaran baru kemaren itu sudah mendekati Ramadhan, jadi kegiatan OSPEK nya ditunda setelah lebaran ‘Idul Fitri 1429 H.

OSPEK tingkat Fakultas kalau di Teknik dinamakan dengan SIKAT (Silaturrahmi Keakraban Aneuk Teknik). Setelah kegiatan ini selesai, ada lagi kegiatan selanjutnya yang masing-masing diadakan oleh Jurusan (Fakultas Teknik di Unsyiah mempunyai 5 jurusan : Sipil, Arsitektur, Mesin, Kimia, dan Elektro). Nah, kalau di Teknik Sipil, kegiatan selanjutnya dinamakan dengan BILAS (Bina Islam Aneuk Sipil) dan disambung dengan JEMUR (Jelang Minggu Rekreasi), selalu acaranya ke laut/pantai. Tapi itu kalau di Teknik Sipil loh, sedangkan yang saya mau ceritakan adalah tentang Teknik Arsitektur. Seperti halnya dengan Teknik Sipil, ada BILAS dan JEMUR, di Arsitektur pun ada yang namanya SABAR (Silaturrahmi Anak Baru Arsitektur). Acara SABAR ini kegiatan rutin setiap tahun, dan setahu saya acaranya di laut juga.

Tanggal 26 Oktober 2008, acara SABAR diadakan di Laut Ujong Batee, arah menuju Krueng Raya. Di sana mahasiswa angkatan baru diberikan materi, jadi bukan hura-hura. Pada acara itu para abang/kakak leting juga diundang untuk memeriahkan acara. Kejadian bermula saat ada sekelompok anak teknik yang berenang di laut (menurut cerita dari adek leting saya berjumlah 7 orang). Padahal saat itu sebenarnya masih sessi pemberian materi untuk anak-anak baru oleh dosen. Jadi, mereka berenang atas inisiatif sendiri dan itu di luar tanggung jawab panitia, kata adek leting saya.

Tak disangka tiba-tiba, mereka yang sedang berenang tersebut diseret arus ke tengah laut. Dari 7 orang itu, 3 diantaranya tewas dan 1 kritis (tapi sekarang udah sehat), sisanya selamat. Nah, ketika mahasiswa yang nyaris tewas itu selamat, ada seorang bapak-bapak yang menghampiri (gak tau deh siapa Bapak itu). Bapak itu menanyakan kepada yang selamat ini, berapa orang teman lagi yang masih disana (di tengah laut)? Mahasiswa tersebut menjawab 3 orang lagi (yang 1 orang kritis sudah ditemukan). Bapak itu berkata lagi pada mahasiswa yang selamat itu (berhubung cerita ini saya tulis atas cerita dari adek leitng saya, jadi saya tidak mendengarkan langsung kalimat Bapak itu, tapi kira-kira beginilah kalimatnya), “Sekarang kamu buang baju yang kamu pakai itu ke laut, kemudian kamu azan. Kalau memang teman kamu yang 3 orang itu sudah tak bernyawa lagi, Insya Allah akan dikembalikan oleh ombak laut ini”. Walau dengan ragu mungkin ya dan dalam keadaan lemas, si mahasiswa tersebut mengkumandangkan azan juga. Tak lama setelah itu, selang 1 jam berikutnya, 3 jenazah itu benar-benar “diantarkan” oleh ombak ke daratan. Kata si adek leting saya yang cerita itu, bagaikan ombak itu benar-benar ngasih “Nih jenazahnya loh, saya antar”. Padahal kalau dipikir-pikir dan setahu saya, kalau sudah tenggelam di laut ya gak dapat lagi kecuali tunggu ngapung dulu tu jenazah di permukaan, yang jelas tidak dalam 1 jam-an lah. Kejadian ini terjadi sekitar pukul 15.15 WIB (baca di koran, lupa nanya ma si adek leting yang cerita). Cara “memanggil” jenazah yang tenggelam ini merupakan suatu ilmu baru bagi saya dan juga merupakan sesuatu yang tidak bisa dicerna oleh akal. Ya itulah Kuasa Allah SWT.

Tapi kemudian saya bertanya ma si adek yang cerita, “Nah, kalau diantara yang nyaris tenggelam itu tidak ada yang selamat alias tenggelam semuanya bagaimana? Gak ada yang bisa azanin donk” (soalnya yang azan itu harus yang nyaris jadi korban, gitu loh…..) ???

Oh iya, mohon doanya untuk mereka ya : Syahrizal Firdaus (23) leting 2004 (yang ternyata teman saya), Munadi Khalis (20) leting 2006, dan Aulia Rahman (20) leting 2006. Semuanya jurusan Teknik Arsitektur.

9 thoughts on “Cara “Memanggil” Korban Tenggelam

  1. innalillahi wa inna ilahi raji’un…
    bapak2 itu siapa ray? nelayan ya?

    Gak tau mas. Tiba-tiba aja datang. Dalam kondisi seperti itu, yang aneh-aneh emang sering terjadi. Sama waktu kejadian tsunami. Kita lihat ada seseorang yang menolong, trus kalau dilihat lagi udah hilang ntah kemana. Si adek yang cerita juga gak tau tuh sapa bapak itu

  2. wah, kejadiannya mantabz ya…
    Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu
    tapi jangan hal seperti itu (buang baju, adzan) dijadikan patokan utk melakukan hal serupa di lain hari…
    IMO, that’s only kejadian insidentil ajah

    Waktu kejadian tsunami Des ’04, praktek azan di tempat juga dilakukan kok.

  3. Ada yang nama Aulia juga, saudara ku telah pulang ke hadirat Allah….
    Semoga mereka mendapat tempat yang layak disisi-Nya. Amiin

    Ada lagi nih. Dosenku namanya T. Budi Aulia

  4. ABE ADA KOMEN PERANG ACHEH DAN PEMBELOTAN SENOCK HADROJE. POLITIK ISLAM NI TELAH DIMAINKAN OLEH DAP DI MALAYSIA. APA BEDANYA?

Leave a comment